TOKYO, KOMPAS.com - Nelayan Jepang kembali berlayar untuk berburu paus secara komersial, Senin (1/7/2019), yang pertama kalinya setelah 31 tahun.
Perburuan paus itu kembali dilakukan setelah Jepang secara resmi menarik diri dari Komisi Penangkapan
Paus Internasional (IWC), langkah yang memicu kemarahan kelompok lingkungan.
Perburuan itu, ditekankan Jepang, dilakukan secara terencana dengan jumlah kecil dan jauh dari perairan yang dilindungi secara internasional.
Kendati demikian, hal itu tetap memicu kemarahan dari negara-negara di mana perburuan paus dianggap ketinggalan zaman dan berbahaya.
Bagi masyarakat Jepang, perburuan paus telah menjadi tradisi yang tidak seharusnya mendapat campur tangan pihak luar, sehingga langkah pemerintah itu mendapat dukungan dari komunitas pemburu paus.
Selama bertahun -tahun, isu perburuan paus telah menjadi hambatan dalam hubungan diplomatik Jepang, yang dituduh telah mengeksploitasi celah IWC yang memperbolehkan memburu paus untuk tujuan ilmiah.
Jepang telah dituduh secara efektif melakukan perburuan paus secara sembunyi-sembunyi, menggunakan alasan tujuan ilmiah, sementara pada kenyataannya perburuan yang dilakukan tidak memiliki nilai ilmiah.
Selain dengan dalih penelitian ilmiah, Tokyo juga terus mendesak untuk melanjutkan perburuan paus secara langsung.
Tahun lalu, Jepang telah mengumumkan akan menarik diri dari IWC dan tidak akan lagi mematuhi larangan yang telah diberlakukan selama puluhan tahun tentang perburuan komersial mamalia laut raksasa itu.
Keputusan itu mulai berlaku pada 1 Juli dan armada kapal yang sempat melakukan perburuan paus untuk "penelitian ilmiah" akan berlayar dari pelabuhan Shimonoseki di Prefektur Yamaguchi.
0 comments:
Post a Comment